Tidur
bagi bayi
banyak memiliki manfaat, selain merangsang perkembangan otaknya, juga hormon
pertumbuhan yang dikeluarkan si bayi saat sedang tidur. Dengan tidur yang
nyenyak, perkembangan otak bayi akan berjalan dengan maksimal sehingga kelak si
bayi bisa tumbuh cerdas. Karenanya, tidur lelap dan nyaman sangat berperan
dalam tumbuh kembang bayi, baik itu telentang, miring atau tengkurap.
Posisi
tidur bayi amat bermacam, dari telentang, miring hingga tengkurap. Biasanya,
secara alamiah si bayi mengambil posisi tidur dengan menyesuaikan kondisi
tubuhnya:
Posisi Telentang
Posisi
ini lumrah dilakukan si bayi kala berusia 0 hingga 3 bulan, karena kemampuan si
bayi yang belum bisa berguling. Disamping itu, posisi telentang adalah posisi
paling aman yang dapat mengurangi resiko SIDS (Sudden Infant Death Syndrome)
hingga 50 %. SIDS ini diketahui sebagai sindrom meninggal secara mendadak yang
dialami oleh bayi dengan tidur tengkurap.
Posisi Miring
Nah,
untuk posisi ini, sebaiknya diatur agar si bayi tidak melulu menghadap pada
satu sisi saja; bergantian dari sisi kanan ke kiri. Informasi untuk ibu,
sebenarnya tidur pada posisi miring ke kanan dinilai lebih baik untuk bayi yang
berusia di bawah 6 bulan. Mengapa? Karena di posisi ini, ASI akan lebih mudah masuk
ke lambung, yang hasilnya ASI akan lebih mudah dicerna.
Posisi Tengkurap
Dari
kesekian posisi tidur bayi, posisi tengkurap sampai sekarang masih
diperdebatkan baik tidaknya untuk bayi. Lantaran menurut data statistik,
disebutkan Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) banyak terjadi pada bayi yang
menghabiskan tidurnya dengan tengkurap.
Namun,
di Indonesia kejadian seperti itu sangat jarang terjadi. Di lain sisi, sebuah
literatur mengungkapkan kalau bayi yang tidur tengkurap, tidur si bayi akan
lebih nyaman, lebih lelap dan tangisnya pun berkurang, serta perkembangan
motorik dan gerak pernapasannya lebih baik. Bisa jadi, hal itu dikarenakan si
bayi merasa hangat karena perutnya menempel pada kasur yang seakan-akan si bayi
sedang tidur dalam buaian ibunya.
Banyak
kaum ibu yang bertanya usia berapa bayi bisa miring sendiri, karena bagaimana
juga, posisi miring kala tidur merupakan salah satu fase pertumbuhan. Tidur
dalam posisi miring biasanya disukai oleh bayi yang umurnya sudah lebih dari 3
bulan. Jadi bisa dikatakan pada usia berapa bayi bisa miring sendiri? Pada saat si bayi beranjak 3 bulan, bahkan ada pula yang berusia 2 bulan sudah
bisa miring.
Manfaat dari tidur sendiri cukup bagus, terutama untuk bayi yang
lahir prematur. Bayi yang lahir belum pada saatnya, organ-organ dalamnya masih
belum terlalu kuat untuk “beroperasi” sendiri. Begitu juga pernafasannya,
sehingga sewaktu dalam inkubator si bayi diberikan selang ke tubuhnya untuk
membantu proses pernafasannya.
Nah, saat bernafas dengan bantuan selang itu, si
bayi lebih nyaman tidur miring. Selain itu, tidur dalam posisi miring
dianjurkan oleh dokter, karena posisi miring bisa mempermudah pengosongan
lambung. Namun perlu diingat ya, jangan membiasakan si bayi miring hanya di
satu sisi saja dalam waktu yang lama. Jangan sampai kepala si bayi peang atau
tidak sempurna bentuknya hanya karena tidur di satu sisi terus, walaupun hal
itu tidak akan mempengaruhi perkembangan otaknya. Untuk menghindarinya, secara
bergantian dan teratur, ubahlah posisi miring samping bayi dari sisi satu ke
lainnya.
Seperti
dikatakan sebelumnya, bayi mengambil posisi tidur dengan menyesuaikan kondisi
tubuhnya. Misalnya ketika si bayi sedang tersumbat hidungnya akibat kotoran
hidungnya banyak atau pilek, yang membuatnya sulit bernafas. Ia cenderung
memiringkan tubuhnya, agar lebih nyaman untuk bernafas.
Jika
dilihat dari perilaku tidur si bayi dan disangkut pautkan dengan masa usianya,
beginilah pola si bayi:
Bayi Tidur Telentang
Bayi
berumur 1 bulan sudah bisa refleks mencari puting susu , membuka mulut,
menghisap dan menelan. Ia sudah bisa tersenyum. Karena belum bsa melihat
benda-benda yang jauh dengan jelas, si bayi kerap kali mengarahkan matanya ke
arah tertentu, seperti tembok atau jendela. Jika ia ditidurkan dalam posisi
tengkurap, ia akan memalingkan wajahnya.
Bayi
sampai usia 3 bulan, belum bisa beratraksi apa-apa. Sehingga posisi tidurnya
pun hanya sebatas telentang. Karena perkembangan motorik kasar dan halusnya
belum matang. Jadinya, si bayi cuma bisa menelentangkan tubuhnya sendiri.
Kelemahan
ketika bayi tidur telentang adalah ia sangat mudah terbangun. Sedangkan
kelebihannya, ia akan terhindar dari resiko kematian akibat Sudden Infant Death
Syndrome. Bayi yang tidur telentang lebih jarang terkena apnea (berhenti
bernafas).
Bayi Tidur Tengkurap
Tidur
model satu ini digemari beberapa bayi yang usianya sudah cukup besar, sebab
sudah bisa membolak-balikkan badannya sendiri serta sudah kuat mengangkat
kepalanya. Posisi ini juga dianggap sangat nyaman oleh si bayi, bahkan saking
nyamannya, ia akan susah dibangunkan. Bayi yang tidurnya telentang, biasanya
memiliki bentuk kepala lebih bagus.
Namun harap diingat pula, posisi tengkurap
memiliki resiko lebih besar terkena SIDS, terlebih untuk bayi berusia kurang
dari 12 bulan. Tengkurap sewaktu tidur bisa berbahaya jika jantung si bayi
masih lemah (bagi usia bayi yang masih muda). Dan ditakutkan lagi, si bayi
dalam tidurnya malah menghirup udara yang baru saja ia hembuskan, justru
karbondioksidanya yang dihirup bukannya oksigen.
Bayi Tidur Miring Ke
Samping
Jika
ditanya lagi usia berapa bayi bisa miring sendiri? Jawabannya ya adalah berusia
kurang lebih dari 3 bulan. Ia sudah bisa miring ke kanan dan ke kiri. Di
usianya yang 3 bulanan, si bayi sudah bisa mengikuti gerakan benda yang
terjangkau oleh matanya. Dan menghisap benda yang ia bisa ia pegang. Bayi
dengan umur lebih dari 3 bulan pun sudah pintar mencari perhatian dengan
menggerak-gerakkan lengan dan kakinya.
Tidur
menjadi kegiatan yang penting bagi bayi. Sebab organnya belum bekerja dengan
stabil dan memerlukan waktu untuk mengaktifkannya. Bukan hanya itu, ada
beberapa fungsi tubuh si bayi seperti otak masih dalam tahap perkembangan. Saat
si bayi nyenyak tertidur, di dalam tubuhnya terjadi pengeluaran hormon
pertumbuhan, sel-selnya membutuhkan waktu untuk bekerja dengan optimal.
Maka
tidak heran, kalau bayi mempunyai jam tidur lebih lama ketimbang orang dewasa.
Tapi, jika kualitas tidur si bayi kurang baik, tidurnya yang lama itu akan
sia-sa. Jadi, kualitas tidur si bayi harus ditunjang dengan lingkungan
sekitarnya. Kalau kualitas tidurnya bagus, di saat si bayi tidur sebentar pun,
itu lebih bermanfaat bagi perkembangannya.
Melihat
tingkah polah si bayi saat tidur kerap kali menggemaskan, tapi sebagai ibu,
haruslah tetap memperhatikan dan mengawasinya. Usia berapa bayi bisa miring
sendiri? Atau di umur berapakah bayi boleh dibiarkan tidur tengkurap dan
lainnya. Jangan ragu mengganti posisi tidur si bayi jikalau dirasa hal itu
tidak baik untuknya. Bagaimana pun juga, sebagai Ibu tidak ingin ‘kan si bayi
terganggu perkembangannya atau terancam nyawanya karena salah tidur?
Komentar
Posting Komentar